Merah Putih Berkibar di Qatar International Road Racing
Tanpa banyak yang tahu, pada 8 Juni 2013 lalu Sang Saka dikerek naik dengan posisi di atas bendera India dan Aljazair diiringi alunan lagu kebangsaan Indonesia Raya dalam momen podium juara di even Qatar International Road Racing Championship (QIRRCH) untuk kategori Losail Asian Road Racing Championship (LARRS) 2013. Buah prestasi seorang homeschooler SMA asal Indonesia, Mohammad Reihan (18), yang sukses menjuarai seri ke-4 balap motor tahunan yang digelar oleh Qatar Motor and Motorcycle Federation (QMMF) itu.
Impian anak sulung dari empat bersaudara pasangan Jose Rizal dan Mercyanasari untuk menjadi pembalap ini berawal dari hadiah sebuah sepeda motor mini dari ayahnya saat dia masih kanak-kanak. Rupanya Reihan, begitu dia biasa dipanggil, langsung jatuh cinta pada sang kuda besi itu. Begitulah, menginjak usia 14 tahun dia mengalami kecelakaan saat curi-curi menunggangi motor milik sang ayah yang semula berniat mengarahkannya untuk menekuni jalur sepak bola profesional sebagaimana yang telah dilakoni oleh anggota keluarga besar mereka. Kecelakaan itu ternyata berulang karena Reihan bersikeras mewujudkan impiannya untuk menjadi seorang juara GP Motor. Jose akhirnya mengajak putranya mencicipi lintasan Sirkuit Sentul, Reihan sempat jatuh dan cedera retak di area jempol. Namun kegigihannya sukses meyakinkan Jose untuk menitipkan sulungnya itu pada dua pembalap kawakan, Rei Supriyadi dan Tommy Patria, agar digembleng sebaik mungkin hingga menjadi pembalap jempolan. Reihan mulai ditangani secara lebih profesional pada tahun 2009.
Urusan meyakinkan sang ayah beres, bukan berarti Reihan bisa langsung melaju mulus begitu saja. Prosesi mewujudkan impiannya juga harus berbenturan dengan respon pesimistik rekan-rekan di sekolah yang rajin mengusiknya dengan olok-olok,”Gak bosen balapan kalah melulu?”. Sesuatu yang sangat menohok hati bagi Reihan yang sebenarnya agak sensitif ini. Belum lagi jadwal latihan di sirkuit atau gym yang begitu ketat ternyata tak bisa klop dengan agenda sekolah formalnya hingga tahun 2011, saat masih duduk di kelas X, Reihan harus menerima nasib dikeluarkan dari sekolah. Urusan pendidikan akhirnya dijalani menempuh alternatif lain berupa homeschooling di HSKS Jatibening agar tetap bisa fokus meraih cita-cita tanpa kehilangan kesempatan untuk mengasah potensi akademisnya,” Pokoknya babak belur lahir-batin deh…. “ Tutur Reihan sambil tersenyum tipis. Apalagi tak hanya urusan diDO dari sekolah, tahun 2011 dia juga mengalami banyak kecelakaan yang meretakkan tulang-tulang di beberapa bagian tubuhnya.
Reihan berjuang mengatasi tekanan psikologisnya dengan menempel gambar-gambar momen podium juara dunia MotoGP di dinding kamarnya berikut tulisan berukuran besar ‘JUJUR’, ‘DISIPLIN’, ‘SEMANGAT’, ‘TEKUN’, ‘SEPENUH HATI’. Setiap respon atau emosi negatif datang, dia menghalaunya dengan memandangi foto-foto serta membaca ulang tulisan-tulisan itu. Selain itu, Reihan pun belajar menyikapi kekalahan-kekalahan yang dideritanya dengan paradigma positif,”Banyak pembalap menyalahkan kondisi motornya yang dikatakan jelek hingga menyebabkan mereka kalah, padahal tak selalu begitu.” Ungkap Reihan,”Saya sendiri memilih untuk jujur, apakah kalah karena motor yang bermasalah atau justru karena saya sendiri kurang bagus saat mengendarainya, dengan begitu takkan terulang kesalahan yang sama dan prestasi saya bisa lebih baik lagi.”
Kesungguhan Reihan akhirnya menuntun dia tiba ke podium juara pada berbagai even balap nasional. Setahun setelah dilatih oleh Rei dan Tommy, tepatnya tahun 2010, dia membukukan prestasi tiga kali juara pertama Kelas 150 cc, juara nasional untuk kelas yang sama, dan runner up Kelas 250 cc kategori Pemula. Tahun 2011, catatan prestasi terinterupsi oleh pemulihan kondisi tubuh akibat berbagai kecelakaan yang dialaminya saat balapan namun dia menyempatkan diri mengikuti semacam kamp singkat California Superbike School di Australia yang difasilitasi oleh perusahaan motor Suzuki. Tahun 2012, Reihan bergabung dengan klub R31 Motor Racing dan membukukan sejumlah kemenangan sebagai juara pertama Junior Superbike, juara dua dan tiga kelas Junior 1000 cc, mencetak rekor tercepat di sirkuit Sentul untuk kategori Superbike 1000 cc, dan juara umum Superbike Junior 1000 cc.
Tahun 2013 ini, Reihan membuat debut podium juara level internasionalnya di Qatar. Dia sukses memenangi tiga dari tujuh seri rangkaian QIRRCH yang salah satunya menempatkan dia di podium juara pertama dan membuatnya merasakan sebuah euforia haru mendalam saat mendengar kumandang Indonesia Raya,”Aduh, rasanya gimana gitu…” Ujar Reihan sambil sesaat memegang dadanya.
Lelaki belia kelahiran 21 Maret 1995 ini kembali menggaris-bawahi tekadnya untuk menjadi juara dunia dan mengolah berbagai kekalahan yang dialami sebagai vitamin untuk memperbaiki stamina mental sekaligus pemicu semangat untuk terus belajar dan meraih kemenangan-kemenangan berikutnya,” True champion is a person who can admit his loss…(juara sejati adalah dia yang mampu mengakui kekalahannya, -pen.).”. Tak perlu kambing hitam atas sebuah kegagalan, cukup jujur dan instropeksi lalu perbaiki diri untuk menggapai prestasi yang lebih tinggi lagi. Capailah impianmu menjadi juara dunia, Mohammad Reihan, dan kibarkan Sang Saka Merah Putih di seantero arena balap motor dunia….