Tidak perlu pesimis menghadapi buah hati yang berkebutuhan khusus. Di Rumah Belajar Persada, si kecil akan diterapi dengan baik. Salah satunya melalui terapi wicara.
Memiliki anak dengan berkebutuhan khusus tidak perlu menjadikan Anda sedih, kecil hati, bahkan pupus harapan. Mereka sebenarnya memiliki potensi dan bakat terpendam yang harus digali lebih dalam. Rumah Belajar Persada yang berdiri sejak November 2008 ini, mengajak setiap orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus untuk bergabung dan mengikuti terapi-terapi yang ada.
Bagi anak-anak berkebutuhan khusus, salah satu terapi yang diterapkan adalah terapi wicara dengan dipandu oleh Itasari Atitungga, A Md TW., S Pd, Speech Terapist yang ahli di bidangnya.
Terapi Wicara untuk Anak
Dalam menerapkan terapi wicara ini, beberapa metode yang digunakan seperti; metode artikulasi, di mana anak akan diajarkan untuk menggunakan lidahnya dalam menyebutkan huruf-huruf. Bahkan Ita seringkali meminta anak-anak asuhannya untuk belajar menjilat piring agar kelenturan lidah itu sendiri terlatih dengan baik.
Selain itu, dalam terapi wicara diajarkan juga berbahasa, baik secara reseptif maupun ekspresif, berbicara dengan jelas dalam pengucapan atau artikulasi. Diharapkan metode tersebut membuat anak mampu berbahasa dan berbicara dengan baik, mampu bersuara dan berintonasi dengan baik, lancar dan dapat berkomunikasi secara verbal dengan tepat. Ditambahkan oleh Ita, bahwa jika ada anak atau orang dewasa yang tidak mampu berkomunikasi dengan bahasa verbal akan dibantu dengan komunikasi dalam bentuk lain, misalnya gambar/foto atau dengan menggunakan bahasa isyarat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan individu.
Untuk metode bahasa, Ita menerapkannya dalam bentuk bermain drama atau bermain pura-pura. Biasanya metode ini sering dijadikan sebagai modeling. Masih dalam metode bahasa, Ita pun mengajarkan anak-anak di Rumah Belajar Persada untuk berbicara tentang dirinya sendiri (self talk) dan bercerita (storytelling).
Sedangkan untuk metode suara, termasuk di dalamnya anak-anak ang bersuara bindeng, serak, dan gangguan pita suara. Hal lain yang menarik yaitu metode irama kelancaran. Untuk metode ini biasanya digunakan pada anak-anak yang gagap, bicara terlalu cepat (clutter), dan berbicara terlalu lambat. Metode ini bisa juga dipakai untuk orang dewasa yang sering latah dalam berbicara.
“Untuk bicara gagap, dipakai terapi ketukan atau cara tunda. Caranya dengan mengambil nafas lalu hitung 1-3, barulah mulai bicara perlahan. Misalnya “sa..sa..saya, ma..ma..u, ma..kan”. Setelah beberapa kali, kemudian ketukannya dipercepat sedikit. Sampai si anak berbicara tidak gagap lagi meskipun masih dalam bimbingan.
“Peran orangtua untuk tetap melatih anak di rumah, sangatlah penting. Karena sesi terapi hanya satu jam, maka semakin sering berlatih di rumah akan memberikan hasil yang optimal,” demikian Ita menjelaskan.
Melatih Konsentrasi dan Emosi
Ada lagi metode tambahan dalam terapi wicara, yaitu Brain Gym yang tujuannya melatih konsentrasi dan emosi anak saat menjalani terapi. Biasanya di tengah-tengah terapi, anak sering tantrum. Oleh karena itu, Brain Gym melalui Ritme Movement Training (RMT) menjadi efektif. Menurut Ita, Brain Gym ini bertujuan untuk memperbaiki gerakan-gerakan refleks anak, mengaktifkan kembali otak kanan dan kiri, serta menenangkan anak supaya siap untuk diterapi kembali. Brain Gym ini hanya dilakukan 15 menit bahkan lebih sesuai kebutuhan dan kondisi si anak.
“Pada dasarnya terapi wicara ini bertujuan melatih komponen-komponen dalam berkomunikasi, termasuk berbahasa dan berbicara pada anak-anak berkebutuhan khusus. Melalui Rumah Belajar Persada ini, saya ingin membantu berbagai macam karakter anak dengan kasusnya supaya mereka bias sukses di kemudian hari,” tutur Ita.