Oleh : Bima S. Ariyo–(Guru Bidang Studi di Homeschooling Kak Seto Cabang Jatibening)
Jika mendengar kata “Guru”, kurang lengkap rasanya jika tidak dirangkai dengan kata “Pahlawan tanpa tanda jasa”.
“Pahlawan tanpa tanda jasa” identik dengan panggilan “Superhero”. Pekerjaan utama dari superhero adalah menjunjung tinggi kebaikan dan kebenaran. Seperti halnya seorang Superhero, pekerjaan utama seorang guru adalah menumbuhkan dan meningkatkan semangat belajar. Dalam kehidupan nyata, terkadang kita jumpai beberapa tipe guru yang benar-benar mirip dengan karakter Superhero yang ada di film-film fiksi. Sebut saja tipe Spiderman, Batman, Hulk, dan Superman. Simak keempat tipe guru berikut ini:
Tipe Spiderman
Guru dengan tipe Spiderman dikenal sebagai guru yang mampu memikat perhatian siswa. Ketika menjelaskan pelajaran, guru tipe ini terkadang memberi penjelasan yang “melompat-lompat”. Berawal dari materi pembelajaran lalu disisipi pengalaman hidup, cerita-cerita lucu, fakta-fakta unik di dunia terkait materi yang dipelajari, juga aplikasi materi yang dibahas dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai positifnya, murid tak mudah bosan dengan gaya mengajar sang guru. Guru seperti ini juga mampu menghidupkan suasana kelas, menjadikan pembelajaran selalu fresh dari awal sampai akhir. Permasalahannya adalah, apabila lompatan-lompatan yang dilakukan terlalu banyak. Misalnya si guru lebih banyak cerita lucunya dibandingkan penyampaian materinya. Guru pun akan beralih fungsi menjadi pelawak.
Apalagi bila guru terlalu banyak menceritakan pengalaman hidupnya mulai dari bagaimana ia belajar dulu, keadaan keluarganya, jasa-jasanya terhadap sekolah, sampai ke cinta monyet di masa mudanya. Nah, otomatis proses pembelajaran berubah menjadi ajang curhat. Belum lagi jika yang diceritakan berkisar seputar hal yang itu-itu saja serta diulang-ulang setiap pertemuan. Niscaya murid-murid akan mudah bosan, mengantuk, dan melakukan hal-hal lain yang menurut mereka lebih menarik.
Ada baiknya proses mengungkapkannya disertai dengan perencanaan yang matang melalui RPP (Rencana Program Pembelajaran) yang disusun sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini ditujukan agar lompatan-lompatan menarik yang nantinya akan kita berikan kepada siswa lebih terstruktur dan bermanfaat mendongkrak efektivitas pembelajaran.
Tipe Batman
Guru tipe batman adalah guru yang “misterius” karena kurangnya interaksi dengan siswa. Ada guru yang sangat “misterius” sehingga tak mengenal bagaimana membuka dan menutup pembelajaran. Masuk ke kelas dan langsung menjelaskan panjang lebar, tanpa tanya jawab, tanpa adanya diskusi, kemudian memberikan tugas rumah, dan pelajaran selesai. Komunikasi hanya berjalan searah dari guru ke murid. Murid tak punya kesempatan untuk bertanya.
Ada pula guru “misterius” yang dijuluki “Pencinta Papan Tulis.” Hal ini karena sang guru lebih sering memunggungi muridnya dan menatap papan tulis sambil menulis banyak tulisan dibandingkan sebaliknya. Ketika pelajaran berlangsung murid merasa tak diberikan perhatian yang cukup dari guru.
Guru dengan tipe yang dijelaskan di atas umumnya tak berkontribusi sama sekali dalam peningkatan kemampuan akademik dan perilaku siswa.
Solusi bagi guru tipe ini adalah kembali belajar menjadi seorang guru. Karena mendidik siswa tak semudah hanya bicara, menulis, dan mengisi absensi guru melainkan lebih dari itu semua. Ada aspek berbagi, mencurahkan perhatian, memberi semangat dan motivasi, menanamkan kepercayaan diri, dan lain sebagainya yang semuanya harus dilakukan secara bersinergi dengan materi pelajaran yang disampaikan.
Tipe Hulk
Guru dengan tipe Hulk tergolong guru yang tak mampu mengendalikan emosi. Umumnya guru tipe ini memasuki kelas dengan gelagat yang biasa-biasa saja pada menit-menit awal proses pembelajarannya seolah-olah tak menunjukkan masalah apapun. Namun, jika di tengah proses pembelajaran muncul hal-hal yang mengganggu, misalnya ada murid yang usil menjahili temannya di kelas, seketika guru tersebut berubah perangai menjadi “monster”.
Tak segan-segan membentak dengan keras, bahkan memukul, melempar benda (penghapus papan tulis atau spidol), kemudian mengomel secara panjang lebar. Apalagi saat guru sedang mengomel tiba-tiba ada murid yang berulah, misalnya terlambat masuk kelas, dijamin RPP yang semula sudah disusun seketika berubah haluan menjadi pelajaran marah-marah.
Dalam kasus ini, guru perlu berinstropeksi terkait ulah siswa di dalam kelas. Adanya siswa yang berulah di kelas mungkin disebabkan karena pembelajaran yang kita sajikan terlalu monoton, sehingga penting bagi guru untuk meng-upgrade diri menjadi guru yang lebih professional dalam menyajikan pembelajaran. Guru juga harus lebih pandai dalam mengendalikan emosi, dan menyalurkannya pada waktu dan objek yang tepat.
Hindari menghukum secara fisik hal ini dikarenakan hukuman fisik hanya akan membuat siswa menjadi lebih berperilaku negatif atau menjadi trauma. Keduanya tak bermanfaat bagi proses pembelajarannya di kemudian hari.
Tipe Superman
Guru tipe Superman umumnya “berpenampilan serba unik” bahkan di atas standar kewajaran, ada yang memakai parfum terlalu menyengat, make-up terlalu tebal, apalagi ditambah aksesoris dan pehiasan yang sangat menyolok. Nah, guru seperti ini tentunya dapat menarik perhatian murid, namun masalahnya murid akan lebih sibuk berkomentar terhadap penampilan guru dibandingkan pelajaran yang disampaikan. Tak jarang guru seperti ini akan mudah mendapat julukan-julukan negatif di kalangan para murid yang akan berpotensi memicu konflik.
Selain itu ada guru yang punya kebiasaan-kebiasaan unik yang dapat memicu keisengan para murid. Misalnya cuplikan penyajian materi berikut ini: “Pada jaman dahulu kala… aaa…Indonesia dijajah ..aaa…oleh negeri Belanda …aaa…selama …aaa…tiga ratus tahun lebih”. Pada cuplikan tersebut kata-kata “…aaa…” seringkali muncul sebagai jeda berpikir ketika guru menyampaikan materi. Dapat disebabkan oleh kurangnya persiapan yang dilakukan guru serta kurangnya pengalaman sehingga menimbulkan rasa grogi dan kurang percaya diri.
Solusinya, setiap guru hendaknya juga memperhatikan penampilannya. Mintalah saran kepada orang lain sebelum kita berinovasi dengan penampilan kita. Karena tampak rupawan di mata sendiri belum tentu rupawan pula di mata murid-murid. Sebelum mengajar persiapkanlah diri sebaik-baiknya, hindari terlihat gugup dan kurang percaya diri sehingga memicu beragam ulah siswa.
Superhero yang Nyata
Itulah beberapa fakta yang sering kita jumpai di lapangan di mana guru ternyata dapat menjadi sangat mirip dengan tokoh-tokoh Superhero dalam film-film fiksi. Namun di balik semua itu, seorang guru tetaplah seorang Superhero yang nyata, bukan sekedar fiksi, dan benar-benar dapat ditatap, disentuh, dirasakan kehadirannya, dinikmati perhatiannya, diidolakan dalam setiap aksinya, dan tanpa kita pernah dapat membalas segala jasanya.
Guru, yang datang dan pergi bukan untuk dikenang, diberi pujian, atau dicatat namanya dalam deretan pahlawan yang harus kita ketahui keberadaannya. Melainkan hanya untuk berjuang, demi kita semua dan masa depan bangsa ini agar dapat menjadi insan yang cerdas.