87 persen dari total 1893 responden yang terdiri atas siswa-siswi kelas 4-6 SD pernah mengakses media pornografi berdasarkan survey yang dilakukan oleh Divisi Anak dan Remaja Yayasan Kita dan Buah Hati (YKBH) Jakarta pada periode Januari – Desember 2012. Saat survey serupa dilakukan lagi pada tahun 2013 dengan melibatkan 2016 responden dari jenjang pendidikan yang sama, jumlah pengaksesnya meningkat menjadi 95 persen. Data miris itu diungkapkan oleh Diah Karim, SE, MSi; dalam seminar parenting bertajuk “Mendidik Anak Tangguh Di Era Layar” yang diselenggarakan oleh Rumah Belajar Persada (RBP) pada Sabtu (6/12) lalu di Kampus RBP, Kompleks Taman Persada Raya, Jatibening.

 

Situs internet menduduki peringkat pertama media berisi konten pornografi yang paling banyak diakses oleh para responden tersebut disusul berturut-turut  oleh games dan film (bioskop/vcd/dvd). Pengaruh pornografi itu terlihat sangat kental dalam berbagai pertanyaan tertulis yang diajukan oleh anak-anak SD tersebut pada para konsultan yang isinya sudah menjurus pada hal-hal bersifat teknis seputar hubungan seks. Konten-konten dunia maya yang umumnya dapat dinikmati secara gratis dan nyaris tanpa batas di Indonesia ditengarai telah menjadi lahan persemaian subur bagi pertumbuhan industri pornografi.

Para pelaku bisnis pornografi menurut Mark B Kastleman, CANDEO; berharap dengan melempar produk-produk gratis itu mereka dapat membentuk semacam perpustakaan porno bagi kalangan anak dan remaja hingga secara perlahan-lahan secara psikis di dalam diri mereka terbentuk mental porn model (model pornografi). Saat seorang bocah lelaki jadi terangsang libidonya saat melihat ibu guru di depan kelas yang mengenakan busana tertutup dari ujung kaki sampai di kepala karena otak memproyeksikan sosok perempuan telanjang pada indera visualnya, itulah penjelasan sederhana mental porn model.

Mental porn model adalah bagian dari gejala kerusakan otak akut yang pada akhirnya akan memicu keinginan terus menerus untuk mengakses pornografi sebagai usaha memperoleh kepuasan syahwati secara instan hingga lahirlah generasi pecandu pornografi yang karakternya jauh lebih destruktif ketimbang pecandu narkoba.Generasi inilah yang diharapkan para pengusaha pornografi akan menjadi pelanggan seumur hidup sekaligus menjadi sapi perahan mereka di masa depan.

Target Pornografi-2

Anak laki-laki merupakan target utama industri pornografi karena alat vital mereka bersifat eksternal, lebih mampu fokus ke satu aktifitas tertentu, dan kemampuan memilah baik-buruknya sebuah tindakan belum terbentuk serta cenderung melakukan aksi untuk memuaskan kebutuhannya. Sementara anak perempuan yang kecanduan konten pornografi akan cenderung pasrah bahkan cenderung ‘mengumpankan’ diri menjadi mangsa para predator pornografi, misalnya dengan mengunggah foto-foto seksi di akun internet mereka. Hal tersebut terjadi karena dalam mayoritas tayangan porno, perempuan diposisikan sebagai obyek penderita yang bisa diperlakukan semaunya.

Apa gejala umum anak kecanduan pornografi? Bila anda tegur dan memberikan batasan dalam aktifitas internet, dia merespon dengan marah, berkata kasar/keji hingga anda kehilangan kendali. Ditambah pula dia mulai impulsif, bohong, jorok, moody. Kecenderungan menyakiti adik, malu tidak pada tempatnya, sulit berkonsentrasi, menghindari kontak mata saat berkomunikasi, gemar menyalahkan orang lain, tertutup secara emosional, prestasi akademis menurun, hanya bergaul dengan kelompok tertentu, dan segala keinginannya harus dipenuhi. Rangkaian perilaku negatif ini merupakan sinyal awal terjadinya kecanduan pada konten pornografi yang harus benar-benar diwaspadai secara bijaksana agar orangtua tidak salah menyimpulkan, berkonsultasi dengan ahli di bidangnya sangat direkomendasikan.

Bagaimana orangtua harus menyikapi fenomena di atas? Komunikasi yang baik dan efektif adalah hal pertama yang harus dilakukan orangtua untuk menyelamatkan putra-putrinya dari adiksi pornografi. Berikut ini beberapa tips yang diberikan oleh Diah :

– Pengetahuan adalah kekuatan, mulailah dengan mendidik sendiri untuk memahami seluk-beluk dunia dimana anak-anak berkecimpung di dalamnya.

– Percaya diri sebagai orangtua yang harus menjadi pemimpin sekaligus pembimbing anak

– Mulai bertindak segera setelah melihat perubahan

– Tenang, jangan marah atau kesal

– Jujur pada anak

– Jelaskan latar belakang ditetapkannya rating berdasarkan batasan umur bagi konten situs internet/games/film

– Peraturan pemakaian gadget untuk mengakses aneka media harus jelas, begitu juga alasan mengapa aturan itu dibuat

– Jika komunikasi pertama gagal, maka jangan bosan untuk terus mengulanginya dengan metode pendekatan yang sebisa mungkin terus disempurnakan untuk kebaikan anak

– Ingat, segenap jerih payah ini adalah untuk mewujudkan masa depan terbaik bagi anak dan keluarga anda.

Jangan lupa untuk konsisten mendekatkan anak pada keberadaan Allah Swt sebagai Maha Pencipta sekaligus Pemelihara semesta yang semua aturanNya harus diikuti untuk kebaikannya sendiri. Pantang menyerah, optimis, dan senantiasa berdoa adalah kunci dalam meraih keberhasilan mendidik anak.