Dua bulan terakhir ini kakak-kakak guru Homeschooling Kak Seto (HSKS) Jatibening dan para homeschooler bimbingan mereka terlihat sangat sibuk di luar jam-jam belajar yang sudah terjadwal. Banyak hal yang mereka lakukan dari mulai latihan menari, blocking adegan drama, pembuatan properti pentas, dan berbagai perlengkapan pendukung. Kakak-kakak guru memberikan contoh terlebih dahulu sebelum mengarahkan anak-anak didik mereka untuk melakukan hal yang sama. Mereka memperagakan gerak tari, memperlihatkan cara membuat pola untuk kartu undangan, dan mempraktekkan dialog untuk persiapan dubbing drama yang akan dikemas lipsync saat dipentaskan nanti.
“Persiapan pentas seni.” Tutur Wina Yunitasari, SPd., Ketua Yayasan Pendidikan ‘ Rumah Belajar Tamansari Persada’ yang menaungi HSKS Jatibening via percakapan Whatsapp Jumat (10/4) lalu ,”Rencananya tanggal 13 Juni mendatang.”
Bulan Juni masih lumayan lama di depan, namun para guru – homeschooler terlihat sudah begitu larut dalam persiapannya seakan tak ada lagi waktu tersisa. Tradisi membuat sendiri semua perlengkapan (termasuk skenario drama, desain pentas,dan semua aspek perencanaan, -pen.) yang memang bisa dilakukan secara mandiri memang merupakan cirri khas dalam aktifitas edukatif di HSKS Jatibening ini dan itu sudah dilakukan sejak awal lembaga ini berdiri pada tahun 2011 silam. Bukan sebuah hal yang gampang mengingat para kakak guru harus menginvestasikan ekstra stamina lahir-batin karena harus lembur di luar jadwal mengajar dan para homeschooler yang terbiasa memperoleh apa yang diinginkan nyaris tanpa perlu bersusah-payah kini harus beradaptasi dengan kerjasama tim plus belajar cepat semua jenis ketrampilan yang dibutuhkan untuk menggelar sebuah pentas seni tahunan.
Apa yang dilakukan Wina dalam lembaga yang dipimpinnya itu memang terkesan anti mainstream terhadap situasi-kondisi negeri ini yang sangat kondusif untuk bertumbuhnya ‘generasi instan’, sebutan untuk angkatan muda Indonesia jenjang taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi yang sejak lahir sampai usia mereka sekarang sudah sangat terbiasa dengan dinamika perubahan trend teknologi dan bisa mendapatkan segala hal yang dibutuhkan dengan menekan keypad langsung terhubung dengan SEO yang akan menghantar mereka pada situs-situs tertentu dengan konten informasi, games, atau online shopping yang menawarkan berbagai produk dari mulai jajanan pengisi perut sampai segala hal dengan harga nyaris tanpa batas. Cukup tekan tombol, apa yang diinginkan langsung bisa diperoleh.
Tapi kehidupan nyata tidak melulu sepraktis itu. Ada sangat banyak hal di luar cakupan SEO di luar sana yang menuntut semua anak turun berinteraksi dengan lingkungannya dan belajar langsung dari pengalaman untuk mengatasi halangan-tantangan-ancaman-gangguan yang akan mewarnai perjalanan tumbuh-kembang mereka sebagai manusia. Pengalaman yang bervariasi dari mulai pengalaman intelektual, emosional, sosial, dan motorik yang pasti takkan mereka dapati di dunia maya yang sarat setting. Satu hal terpenting dalam metode melibatkan para homeschooler dalam persiapan berbagai acara di RBTP adalah tersedianya kesempatan untuk mengasah respon manusiawi mereka saat bersentuhan dengan berbagai ‘kejutan’ baik yang menyenangkan maupun bikin bête saat menjalani sebuah proses.
Tautan Link:
http://www.kompasiana.com/rumahbelajar_persada/karena-hidup-tak-sesempit-layar-gadget_5535a7116ea8347f16da42d2