Outing Besar ke Pabrik Dodol Picnic dan Candi Cangkuang
Berwisata sambil mencicipi makanan khas daerah yang dikunjungi, pastinya menyenangkan plus dapat nilai-nilai edukasi yang sudah tentu mendidik serta menambah wawasan kita. Seperti kegiatan outing yang dilaksanakan oleh homeschoolers HSKS Jatibening, dengan tujuan lokasi mengunjungi Pabrik Dodol PICNIC dan Candi Cangkuang, Garut, Jawa Barat.
Gurihnya Dodol PICNIC
Berkunjung ke kota Garut, hambar rasanya jika tidak menikmati makanan khas tradisional daerah tersebut. Salah satunya adalah dodol, yang merupakan salah satu jenis kuliner ringan yang terbuat dari bahan tepung ketan atau tepung beras, santan kelapa, gula merah atau gula pasir. Apa sih dodol? Begitu kira-kira pertanyaan yang dilontarkan beberapa homeschooler.
Akhirnya homeschoolers menemukan jawabannya saat mereka berkesempatan bertandang ke pabrik dodol PICNIC, Garut, beberapa waktu lalu. Ketika menapakkan kaki di halaman pabrik dodol PICNIC, samar-samar tercium aroma manis dan harum dari dalam pabrik. Kemudian, homeschoolers digiring masuk ke ruang produksi pabrik dengan dipandu seorang pemandu. Wah, senangnya..!
Sebelum memasuki ruang produksi, ada beberapa prosedur yang harus ditaati pengunjung, yaitu harus mencuci tangan, dilarang menyentuh kuali-kuali besar berisi adonan dodol, dan tidak diperkenankan menyolek adonan dodol yang sudah diuleni/diaduk. Maka demi menjaga ketertiban, para guru pun turut mengawasi homeschoolers di dalam ruang produksi. Mmmm,,ternyata aroma harus dan manis itu berasal dari ruang produksi ini.
Setelah selesai dari ruang produksi, homeschoolers berkumpul di ruang Aula untuk mendengarkan penjelasan dari pihak pabrik dodol PICNIC. Kemudian, guru-guru dan homeschoolers dipersilahkan untuk mengunjungi gerai belanja yang letaknya bersebelahan dengan ruang Aula.
“Mama, aku mau dodol yang ini ya, ini juga, yang itu aku juga mau..” celoteh Bintang pada mamanya.
Indahnya Desa Cangkuang
Lalu, perjalanan pun berlanjut ke Candi Cangkuang yang terletak di desa Cangkuang, sebuah daratan di tengah danau kecil (dalam bahasa Sunda disebut situ), sehingga untuk mencapai tempat tersebut melalui jalur utama, pengunjung harus menyeberang dengan menggunakan rakit. Pemandangan menakjubkan selama menaiki rakit tidak disia-siakan oleh homeschoolers, guru-guru, maupun para orangtua yang ikut mendampingi. Hamparan teratai dan eceng gondok “terpampang nyata” di depan mata.
Sesampainya di desa Cangkuang, homeschoolers disambut dengan deretan kios-kios pedagang souvenir kerajinan tradisional warga desa Cangkuang. Kemudian, melewati Kampung Pulo dimana kampung ini hanya ditempati 6 kepala rumah tangga dan hanya 6 rumah.
Di ujung kampung, bangunan candi pun mulai terlihat. Sekitar 200 meter berjalan, akhirnya sampailah di halaman candi dan homeschoolers dikumpulkan di sebuah aula untuk mendengarkan penjelasan dari pemandu wisata di lokasi tersebut. Beberapa homeschoolers tidak sabar, mereka pun langsung menuju candi dan masuk ke dalam candi untuk memenuhi rasa penasaran mereka. Ada Apa ya di dalam candi Cangkuang?
Oh ternyata, sebuah patung dewa Shiwa dengan bentuk yang sudah tidak sempurna terpaku di dalam candi. Inilah salah satu peninggalan sejarah dari daerah Garut, Jawa Barat, sebagai bukti nyata adanya penyebaran agama Hindu di wilayah Garut, khususnya di desa Cangkuang.